DAFTAR
ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUA ................................................................................... 1
BAB II ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN................................................... 2
1. Aliran
Nativisme (Aliran Pembawaan)............................................. 2
2. Aliran
Empirisme.............................................................................. 2
3. Aliran
Konvergensi.......................................................................... 3
4. Aliran
Behaviorisme......................................................................... 4
5. Aliran
Naturalisme........................................................................... 4
6. Aliran
Esensialisme.......................................................................... 4
7. Aliran Progresivisme....................................................................... 5
8. Aliran
Perenialisme........................................................................... 5
9. Aliran
Rekontruksionisme................................................................ 6
10. Aliran
Konstruktivisme.................................................................... 6
11. Kesimpulan....................................................................................... 7
12. Pandangan
islam tentang aliran pendidikan..................................... 7
BAB III PERMASALAHAN PENDIDIKAN DAN
PENANGGULANGANNYA................................................................ 10
1. Masalah
Pemerataan Pendidikan........................................................ 10
a. Faktor-faktor
yang mendorong timbulnya permasalahan
pemerataan
pendidikan :................................................................ 10
b. Pemecahan
masalah pemerataan pendidikan :............................... 11
2. Masalah
Mutu Pendidikan................................................................. 11
a. Pemecahan
Masalah Mutu Pendidikan........................................ 12
3. Masalah
efisensi pendidikan.............................................................. 12
4. Masalah
relevansi pendidikan............................................................ 13
BAB
IV KESIMPULAN .................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................... 15
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur selalu saya panjatkan kehadiran Allah
Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita
dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari, serta shalawat dan salam saya sanjung
sajikan kepangkuan Nabi Besar Muhammad Saw yang telah membawa kita dari alam
kebodohan hingga ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Saya menyusun makalah ini berdasarkan yang ada, selain
itu juga makalah ini dibuat guna melengkapi tugas yang diberikan kepada saya
oleh dosen pembimbing, mengingat kemampuan saya terbatas saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
|
BAB
I
PENDAHULUAN
Gagasan dan pelaksanaan
pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakatnya,
sejak dulu, kini maupun dimasa depan pendidikan itu selalu mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan social budaya dan perkembangan IPTEK.
pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan itu disebut
aliran-aliran pendidikan, seperti dalam bidang-bidang lainnya,
pemikiran-pemikiran dalam pendidikan itu berlangsung sepertu suatu diskusi
berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro
dan kontra oleh pemikiran-pemikiran berkutnya, dank arena dialog tebakan
melahirkan lagi pemikiran-pemikiran baru, dan demikian seterusnya. agar diskusi
berkepanjangan tsb dapat diikuti dan dipahami maka berbagai aspek dari
aliran-aliran tersebut harus dipahami terlebih dahulu, berikut adalah beberapa
aliran pendidikan klasik.
BAB
II
PEMBAHASAN
ALIRAN-ALIRAN
PENDIDIKAN
1.
Aliran
Nativisme (Aliran Pembawaan)
Aliran
ini dipelopori oleh Schopenhauer (filsuf jerman 1788-1860). aliran ini
menyatakan bahwa perkembangan manusia dalam hidup bermasyarakat itu tergantung
kepada pembawaan, sehingga pengaruh di dunia sekitar sedikit sekali. orang akan
menjadi ahli agama, pelukis, guru, dll itu semuanya semata-mata karena
pembawaan bukan karena lingkungan/pendidikan.
Istilah
Nativisme berasal dari kata “natie” yang berarti terlahir schopnhauler
berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan
buruk, sehingga para penganut nativisme mengatakan bahwa kalau anak mempunyai
pembawaan jahat maka ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya pembawaan buruk dan
baik tidak dapat diubah dari kekuatan luar.
meskipun
dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara
fisik) dan ana juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. tetapi
pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya factor yang menentukan
perkembangan masih banyak factor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.
2.
Aliran
Empirisme
yaitu
suatu aliran yang menganggap bahwa manusia itu dalam hidup dan perkembangan
pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia luar, sedangkan pengaruh-pengaruh
dari dalam (factor keturunan) dianggapnya tidak ada. Aliran ini bertolak
belakang dengan lockean tradition, yang mementingan stimulasi eksternal dan
perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada
lingkungan, sedangkan permbawaan tidak dipentingkan.
aliran
ini dipelopori oleh seorang filsuf inggris bernama John Locke (1704-1932) yang
mengembangkan teori “tabula rasa”, yakni anak lahir didunia bagaikan kerta
putih yang bersih.
menurut
pandangan empirisme pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab
pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima
oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. hal ini juga banyak mempengaruhi pola
piker orang Indonesia, sebagai contoh, banyak orang tua yang memaksa anaknya
untuk tumbuh kearah yang mereka inginkan tanpa menghiraukan bakat, pembawaan, serta
cita-cita anak itu sendiri.
Aliran
Empiris dipandanga berat sebelah karena hanya mementingkan peranan pengalaman
yang diperoleh dari lingkungan. sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak
sejak lahir dianggap tidak menentukan.
Namun
aliran ini dapat dibenarkan/diperkuat dengan contoh berikut :
Ada 2 anak kembar, mereka dianggap
mempunyai kesanggupan dan sifat-sifat yang sama.kemudian keduanya dipisahkan
semenjak lahirm, yang satu dibesarkan di lingkungan desa dan dididik oleh
keluarga petani, yang satu lagi dibesarkan di kota dan dididik oleh keluarga
kaya raya.
Bakat dan kesanggupan
keduanya juga berbeda yang satu menjadi guru, sedangkan yang satu lagi menjadi
saudagar. Yang menyebabkan perbedaan itu adalah pendidikan dan lingkungan yang
berbeda tadi. Jadi, kesimpulannya bahwa pendidikan dan lingkungan itu adalah
maka kuasa.
3.
Aliran
Konvergensi
Tokoh alirna
koversi adalah wiliam stem, ia seornag tokoh penduduk jerman yang hidup tahun
1871-1939. Aliran konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran
nativisme dan empirisme.
Aliran
ini berpendapat bahwa bahwa anak lahir didunia ini telah memiliki bakat baik
dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh
lingkungan.
Jadi,
faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting, anak yang mempunyai
pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi
semakin baik, begitu sebaliknya.
Dengan
demikian, aliran konvergensi menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada
faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan, hanya saja, William stem tidak
menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh kedua faktor tersebut sampai
sekarang pengaruh dari kedua faktor tersebut belum bisa ditetapkan.
4.
Aliran
Behaviorisme
Behaviorisme
adalah suatu aliran ilmu jiwa di Amerika. Pelopor aliran ini adalah William
james, Thorndike, dan Watson,
Menurut
Behaviorsme Pendidikan adalah mahakuasa. Manusia hanya makhluk yang berkembang
karena kebiasaan-kebiasaan dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek sekehendak
hatinya.
Kesimpulannya,
behaviorisme menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai sasaran
kajiannya, dan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil
belajar semata-mata.
5.
Aliran
Naturalisme
Aliran
ini memiliki persamaan dengan nativisme, dipeolopori oleh seorang filsuf
prancis J.J. Rousseau (1712- 1778). Berbeda dengan schoperhauer, Rousseau
berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan buruk.
Pembawaan rossedu juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa
mahalam dapat merusak pembawaan anak yang baik itu.
Aliran
ini disebut juga negativism, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan
pertumbuhan anak pada alam, jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan.
Namun aliran ini sangat berbanding terbalik dengan kenyataan, karena makin lama
pendidikan semakin diperlukan.
6.
Aliran
Esensialisme
Esensialisme
adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman renaissance
dengan cirri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Idealism dan realism
adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih
yang mempunyai tata yang jelas.
Contoh : seorang wichelm friedrich hegel
dan George Santayana.
7.
Aliran
Progresivisme
Progresivisme
adalah satu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ni
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar
dimasa mendatang. Pendidikan harus berpusat pada anak bukannya memfokuskan pada
guru atau bidang muatan .
Aliran
ini meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak
didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berfikir, guna
mengambangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat
oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain.
Oleh
karena itu, filsafat progresivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
Kesimpulan, progresivisme merupakan
pendidikan yang berpusat pada Siswa dan Memberi Penekanan lebih besar pada
kreativitas,aktivitas belajar “naturalitik”, hasil belajar “dunia nyata” dan
juga pengalaman teman sebaya.
Tokoh : William James, John Dewey, Hans
Vaihinger.
8.
Aliran
Perenialisme
Perenialisme
merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke 20. Perenialisme berasal dari kata perennial yang
berarti abadi, kekal, selalu, perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap
pendidikan progresif.
Menurut
pandangan perenialisme, tugas utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik
kearah kematangan. Malang dalam arti hidup akalnya, jadi akal inilah yang perlu
mendapat tuntutnan kearah kematangan tersebut.
Tokoh : Plato, Aristoteles, Thosmas
Aquinas
9.
Aliran
Rekontruksionisme
Kata
rekonstruksionalisme dalam bahasa Inggris “reconstruct” yang berarti menyusun
kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionalisme adalah
suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Rekonstruksionisme
memandang proses dan lembaga pendidikan perlu merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerjasama antar umat
manusia.
Tokoh : Goorge Count dan Harold Rugg.
10. Aliran Konstruktivisme
Gagasan
pokok aliran ini dibawah oleh Giambatista Vico, seorang epistemology italia. Ia
dipandangan sebagai cikal bakal lahirnya konstruksionisme.
Aliran
ini juga dikembangkan oleh piaget. Ia berpendapat bahwa perkembangan kognitif
dipengaruhi oleh 3 proces dasar yaitu : asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
Asimilasi
adalah perpaduan data baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki.
Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru, dan
ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali yang secara terus menerus dilakukan
antara asimilasi dan akomodasi (Suwardi, 2004 : 24)
Kesimpulannya,
aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi
kognigtif dalam diri seseorang, melalui pengalaman yang diterima lewat panca
indra, yaitu indra penglihat, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa.
Aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang ke
orang lain.
11. Kesimpulan
Pemikiran
tentang pendidikan sejak dulu, kini dan masa yang akan datang terus berkembang.
Hasil-hasil dari pemikiran itu disebut aliran atau gerakan baru dalam pendidikan.
Aliran/gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan diseluruh dunia, termasuk
pendidikan di Indonesia. Namun, dengan banyaknya aliran-aliran dalam pendidikan
bukan berate akan membuat semakin tidak jelasnya kondtruksi dari pendidikan.
Akan tetapi dalam masing-masing aliran akan menghasilkan titik temu yang
harmonis, yang fungsinya guna mendapatkan gambaran fisafat pendidikan yang
harmonis dan etis serta mempunyai nilai tawar yang lebih qualitief
12. Pandangan Islam Tentang Aliran
Pendidikan
Islam memandang bahwa
pendidikan yang baik untuk mencapai sesuatu keberhasilan pendidikan dipengaruhi
oleh pembawaan yang fitrah dan
lingkungan yang baik. Manusia yang dilahirkan kedunia membawa pembawaan yang
fitrah berupa warisan dari orang tuanya. Fitrah ini berisi potensi untuk
berkembang, potensi ini dapat berupa keyakinan beragama, perilaku untuk menjadi
baik ataupun menjadi burok dan lain sebagainya yang kesemuanya harus
dikembangkan agar ia bertumbuh secara wajar sebagai hambar Allah.
Rasulullah Saw, bersabda :
Artinya : “semua anak dilahirkan membawa fitrah
(bakat keagamaan), maka terserah kepada kedua orang tuanya untuk menjadikan
beragama yahudi, atau nasrani, atau majusi”.
Dengan demikian pula Rasulullah Saw yang
menasehati agar memilih wanita yang baik agar keturunan itu baik. Rasulullah
bersabda :
Artinya :”pilihlah untukmu benihmu
karena keturunan itu dapat mencelupkan”
Disamping keturunan juga untuk berusaha
agar mencapai pertumbuhan yang optimal. Allah berfirman:
Artinya, jagalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka.
Allah berfirman pula :
Artinya :”bahwa bagi manusia itu apa
yang mereka usahakan”.
Dengan demikian menurut Islam,
perkembangan kehidupan manusia bahkan bahagian atau celakanya itu ditentukan
oleh pembawaan. Lingkungan dan usaha (aktivitas) manusia itu sendiri dalam
mengusahakan perkembangannya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka
Rasulullah Saw bersabda :
Artinya : “Sesungguhnya perumpamaan
teman sepergaulan yang baik dan teman sepergaulan yang jahat seperti pembawaan
minyak wangi kasturi dan peniup dapur pandai besi. Adapun pembawa minyak wangi
kasturi bisa jadi menghadahkannya kepadamu atau kamu membelinya atau (paling
tidak) kamu mendapatkan wangi. Sedangkan peniup dapur tukang besi, bisa jadi ia
menyebabkan bajunya terbakar atau (paling tidak) kamu mendapatkan bau busuknya.
Dari penjelasan
ayat-ayat dan hadist-hadist diatas dapat kita pahami bahwa pendidikan islam
condong pada aliran konvergensi yang berpendapat bahwa pendidikan sangat
tergantung pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan.
BAB
II
PERMASALAHAN
PENDIDIKAN DAN PENANGGULANGANNYA
Pendidikan mempunyai
tugas menyiapkan SDM untuk pembangunan. Setiap langkah pembangunan selalu
diupayakan selama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan
tantangan-tantangan baru, yang sebagiannya sering tidak dapat diramalkan
sebelumnya.
Sebagai konsekuensi
logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru. Masalah yang
dihadapi dunia pendidikan itu semakin meluas, karena sifat sasarannya adalah
manusia sebagai makhluk misteri, serta usaha pendidikan harus mengantisipasi
kehari yang akan datang yang tidak dapat terjangkau oleh kemampuan daya ramal
manusia, oleh karena itu perlu ada rumusan masalah-masalah pokok pendidika.
Berikut rumusan permasalahan-permasalahan tersebut :
1.
MASALAH
PEMERATAAN PENDIDIKAN
Masalah
pemerataan pendidikan adalah persamaan bagaimana sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk
memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan
SDM untuk menunjang pembangunan. Masalah ini timbul akibat masih banyak warga
khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung disuatu lembaga
pendidikan karena fasilitas yang terbatas.
a.
Faktor-faktor
yang mendorong timbulnya permasalahan pemerataan pendidikan :
1. Geografis
Letak suatu Negara sangat
menentukan sukses atau tidaknya suaut usaha pemerataan pendidikan.
Contohnya Indonesia, Indonesia
merupakan Negara yang berada diposisi silang. Untuk memperkuat kepribadian
warga negaranya, pemerintah harus bekerja keras membantu warganya untuk
memperkuat kepribadian melalui pendidikan.
2. Ekonomis
Masalah ekonomi memang sangat
mempengaruhi pemerataan pendidikan. Bagaimana tidak, karena usaha pemerataan
memerlukan biaya yang besar. Maka dari itu, dinegara-negara maju masalah
pemerataan pendidikan tidak begitu jarang terdengar.
3. Sosial
Status social sangat berpengaruh
disisi, karena pemerataan pendidikan tidak akan sukses jika orang tua anak didik
tersebut memiliki keinginan untuk menyekolah kan anaknya, masalah ini biasanya
sering dilakukan oleh orang tua anak didik yang berstatus social rendah.
b.
Pemecahan
masalah pemerataan pendidikan :
Langkah-langkah untuk mengatasi
permasalahan pemerataan pendidikan antara lain :
a. Langkah
konvensional
-
Membangun gedung sekolah seperti SD
inpres dan atau ruangan belajar
-
Menggunaan gedung sekolah untuk double
shift (sistem bergantian pagi dan sore)
b. Langkah
innovative
-
Sistem pamong (pendidikan oleh
masyarakat, orang tua, dan guru).
-
Mendirikan SD kecil pada daerah
terpencil
-
Sistem guru kunjung
-
SMP terbuka
-
Kejar paket A dan B
-
Belajar jarak jauh, seperti universitas
terbuka.
2.
MASALAH
MUTU PENDIDIKAN
Mutu
pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti
yang diharapkan.
Karena
sulit untuk mengukur kualitas pendidikan banyak orang mengukur kualitas
pendidikan dengan cara melihat hasil EBTA, Ebtanas, Atau hasul sipenmaru,
UMPTN, hal ini dilakukan karena mudah diukur.
Kualitas
pendidikan yang bermutu dihasilkan melalui proses belajar yang bermutu pula,
jadi, permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan
pendidikan itu sendiri.
a.
Pemecahan
Masalah Mutu Pendidikan
Meskipun untuk
tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing memiliki kekhususan, namun
pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendidikan bersasaran pada perbaikan
kualitas komponen pendidikan (utamanya komponen masukan mentah untuk jenjang
pendidikan menengah dan tinggi, dan komponen masukan instrumental serta
mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya tersebut pada gilirannya diharapkan
dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan dan pengalaman belajar peserta
didik, yang akhirnya dapat meningkatkan hasil pendidikan.
3.
MASALAH
EFISENSI PENDIDIKAN
Masalah
efisensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika
penggunaan hemat dan tepat sasaran dikatakan efisensinya tinggi. Jika terjadi
yang sebaliknya, efisensinya bearti rendah.
Beberapa
masalah efisensi pendidikan yang penting ialah :
a. Bagaimana
tenaga pendidikan difungsikan
b. Bagaimana
prasarana dan sarana pendidikan digunakan
c. Bagaimana
pendidikan diselenggarakan
d. Masalah
efesiensi dalam memfungsikan tenaga.
4. MASALAH RELEVANSI PENDIDIKAN
Masalah
relevansi pendidikan mencakup sejauhmana sistempendidikan dapat menghasilkan iuran
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. pada umumnya hasil dari sistem
pendidikan. Pada umumnya hasil dari sistem pendidikan jumlah secara akumulatif
lebih besar daripada yang dibutuhkan dilapangan. Sebaliknya ada jenis-jenis
tenaga kerja yang dibutuhkan dilapangan kurang diproduksi atau bahkan tidak
diproduksi. Dengan kata lain, jumlah iuran lebih besar daripada yang dibutuhkan
dan jumlah kebutuhan lebih besar daripada pengangkatan,maka akibatnya setiap
tahun selalu terjadi penumpukan tenaga kerja yang menunggu pekerjaan.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA MASALAH PENDIDIKAN
1. Perkembangan
Iptek dan Seni
2. Laju
pertumbuhan penduduk
3. Aspirasi
masyarakat
4. Keterbelakangan
budaya dan sarana kehidupan
BAB
III
KESIMPULAN
Misi pendidikan ialah
menyiapkan SDM untuk pembangunan, karena itu pendidikan selalu menghadapi
masalah, sebabnya karena pembangunan sendiri selalu mengikuti tuntutan zaman
yang selalu berubah. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan sengat luas dan
kompleks.
Oleh karena itu, agar
masalah-masalah pendidikan dapat dipecahkan sangat diperlukan rumusan tentang
masalah-masalah pendidikan yang bersifat pokok yang dapat dijadikan acuan bagi
pemecahan masalah-masalah praktis yang timbul dalam praktek pendidikan
dilapanga.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan
Nur Uhbiyati. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Tirtarahardja,
Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar