Kamis, 19 Januari 2012

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN




DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................      i
Daftar Isi ..............................................................................................................      ii
BAB I   PENDAHULUA ...................................................................................      1
BAB II    ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN...................................................      2
1.      Aliran Nativisme (Aliran Pembawaan).............................................      2
2.      Aliran Empirisme..............................................................................      2
3.      Aliran Konvergensi..........................................................................      3
4.      Aliran Behaviorisme.........................................................................      4
5.      Aliran Naturalisme...........................................................................      4
6.      Aliran Esensialisme..........................................................................      4
7.       Aliran Progresivisme.......................................................................      5
8.      Aliran Perenialisme...........................................................................      5
9.      Aliran Rekontruksionisme................................................................      6
10.  Aliran Konstruktivisme....................................................................      6
11.  Kesimpulan.......................................................................................      7
12.  Pandangan islam tentang aliran pendidikan.....................................      7
BAB III  PERMASALAHAN PENDIDIKAN DAN
PENANGGULANGANNYA................................................................      10
1.     Masalah Pemerataan Pendidikan........................................................      10
a.   Faktor-faktor yang mendorong timbulnya permasalahan
    pemerataan pendidikan :................................................................      10
b.   Pemecahan masalah pemerataan pendidikan :...............................      11
2.     Masalah Mutu Pendidikan.................................................................      11
a.    Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan........................................      12
3.     Masalah efisensi pendidikan..............................................................      12
4.     Masalah relevansi pendidikan............................................................      13
BAB IV KESIMPULAN ....................................................................................      14
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................      15


           

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur selalu saya panjatkan kehadiran Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari, serta shalawat dan salam saya sanjung sajikan kepangkuan Nabi Besar Muhammad Saw yang telah membawa kita dari alam kebodohan hingga ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Saya menyusun makalah ini berdasarkan yang ada, selain itu juga makalah ini dibuat guna melengkapi tugas yang diberikan kepada saya oleh dosen pembimbing, mengingat kemampuan saya terbatas saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

i
 
Akhirnya saya mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan bagi mahasiswa/i umumnya.


BAB I
PENDAHULUAN


Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakatnya, sejak dulu, kini maupun dimasa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan social budaya dan perkembangan IPTEK. pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan, seperti dalam bidang-bidang lainnya, pemikiran-pemikiran dalam pendidikan itu berlangsung sepertu suatu diskusi berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikiran-pemikiran berkutnya, dank arena dialog tebakan melahirkan lagi pemikiran-pemikiran baru, dan demikian seterusnya. agar diskusi berkepanjangan tsb dapat diikuti dan dipahami maka berbagai aspek dari aliran-aliran tersebut harus dipahami terlebih dahulu, berikut adalah beberapa aliran pendidikan klasik.















BAB II
PEMBAHASAN
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

1.      Aliran Nativisme (Aliran Pembawaan)
Aliran ini dipelopori oleh Schopenhauer (filsuf jerman 1788-1860). aliran ini menyatakan bahwa perkembangan manusia dalam hidup bermasyarakat itu tergantung kepada pembawaan, sehingga pengaruh di dunia sekitar sedikit sekali. orang akan menjadi ahli agama, pelukis, guru, dll itu semuanya semata-mata karena pembawaan bukan karena lingkungan/pendidikan.
Istilah Nativisme berasal dari kata “natie” yang berarti terlahir schopnhauler berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk, sehingga para penganut nativisme mengatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya pembawaan buruk dan baik tidak dapat diubah dari kekuatan luar.
meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan ana juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya factor yang menentukan perkembangan masih banyak factor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.

2.      Aliran Empirisme
yaitu suatu aliran yang menganggap bahwa manusia itu dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia luar, sedangkan pengaruh-pengaruh dari dalam (factor keturunan) dianggapnya tidak ada. Aliran ini bertolak belakang dengan lockean tradition, yang mementingan stimulasi eksternal dan perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan permbawaan tidak dipentingkan.
aliran ini dipelopori oleh seorang filsuf inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “tabula rasa”, yakni anak lahir didunia bagaikan kerta putih yang bersih.
menurut pandangan empirisme pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. hal ini juga banyak mempengaruhi pola piker orang Indonesia, sebagai contoh, banyak orang tua yang memaksa anaknya untuk tumbuh kearah yang mereka inginkan tanpa menghiraukan bakat, pembawaan, serta cita-cita anak itu sendiri.
Aliran Empiris dipandanga berat sebelah karena hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan.
Namun aliran ini dapat dibenarkan/diperkuat dengan contoh berikut :
Ada 2 anak kembar, mereka dianggap mempunyai kesanggupan dan sifat-sifat yang sama.kemudian keduanya dipisahkan semenjak lahirm, yang satu dibesarkan di lingkungan desa dan dididik oleh keluarga petani, yang satu lagi dibesarkan di kota dan dididik oleh keluarga kaya raya.
Bakat dan kesanggupan keduanya juga berbeda yang satu menjadi guru, sedangkan yang satu lagi menjadi saudagar. Yang menyebabkan perbedaan itu adalah pendidikan dan lingkungan yang berbeda tadi. Jadi, kesimpulannya bahwa pendidikan dan lingkungan itu adalah maka kuasa.

3.      Aliran Konvergensi
Tokoh alirna koversi adalah wiliam stem, ia seornag tokoh penduduk jerman yang hidup tahun 1871-1939. Aliran konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme.
Aliran ini berpendapat bahwa bahwa anak lahir didunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan.
Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting, anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik, begitu sebaliknya.
Dengan demikian, aliran konvergensi menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan, hanya saja, William stem tidak menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh kedua faktor tersebut sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor tersebut belum bisa ditetapkan.

4.      Aliran Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu aliran ilmu jiwa di Amerika. Pelopor aliran ini adalah William james, Thorndike, dan Watson,
Menurut Behaviorsme Pendidikan adalah mahakuasa. Manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek sekehendak hatinya.
Kesimpulannya, behaviorisme menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai sasaran kajiannya, dan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata.
 
5.      Aliran Naturalisme
Aliran ini memiliki persamaan dengan nativisme, dipeolopori oleh seorang filsuf prancis J.J. Rousseau (1712- 1778). Berbeda dengan schoperhauer, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan rossedu juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa mahalam dapat merusak pembawaan anak yang baik itu.
Aliran ini disebut juga negativism, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam, jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Namun aliran ini sangat berbanding terbalik dengan kenyataan, karena makin lama pendidikan semakin diperlukan.

6.      Aliran Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman renaissance dengan cirri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Idealism dan realism adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Contoh : seorang wichelm friedrich hegel dan George Santayana.

7.      Aliran Progresivisme
Progresivisme adalah satu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ni berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar dimasa mendatang. Pendidikan harus berpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan .
Aliran ini meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berfikir, guna mengambangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain.
Oleh karena itu, filsafat progresivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
Kesimpulan, progresivisme merupakan pendidikan yang berpusat pada Siswa dan Memberi Penekanan lebih besar pada kreativitas,aktivitas belajar “naturalitik”, hasil belajar “dunia nyata” dan juga pengalaman teman sebaya.
Tokoh : William James, John Dewey, Hans Vaihinger.

8.      Aliran Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke 20.  Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal, selalu, perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.
Menurut pandangan perenialisme, tugas utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik kearah kematangan. Malang dalam arti hidup akalnya, jadi akal inilah yang perlu mendapat tuntutnan kearah kematangan tersebut.
Tokoh : Plato, Aristoteles, Thosmas Aquinas



9.      Aliran Rekontruksionisme
Kata rekonstruksionalisme dalam bahasa Inggris “reconstruct” yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionalisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Rekonstruksionisme memandang proses dan lembaga pendidikan perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerjasama antar umat manusia.
Tokoh : Goorge Count dan Harold Rugg.

10.  Aliran Konstruktivisme
Gagasan pokok aliran ini dibawah oleh Giambatista Vico, seorang epistemology italia. Ia dipandangan sebagai cikal bakal lahirnya konstruksionisme.
Aliran ini juga dikembangkan oleh piaget. Ia berpendapat bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh 3 proces dasar yaitu : asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
Asimilasi adalah perpaduan data baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru, dan ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali yang secara terus menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Suwardi, 2004 : 24)
Kesimpulannya, aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognigtif dalam diri seseorang, melalui pengalaman yang diterima lewat panca indra, yaitu indra penglihat, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang ke orang lain.





11.  Kesimpulan
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini dan masa yang akan datang terus berkembang. Hasil-hasil dari pemikiran itu disebut aliran atau gerakan baru dalam pendidikan. Aliran/gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan diseluruh dunia, termasuk pendidikan di Indonesia. Namun, dengan banyaknya aliran-aliran dalam pendidikan bukan berate akan membuat semakin tidak jelasnya kondtruksi dari pendidikan. Akan tetapi dalam masing-masing aliran akan menghasilkan titik temu yang harmonis, yang fungsinya guna mendapatkan gambaran fisafat pendidikan yang harmonis dan etis serta mempunyai nilai tawar yang lebih qualitief

12.  Pandangan Islam Tentang Aliran Pendidikan
Islam memandang bahwa pendidikan yang baik untuk mencapai sesuatu keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh  pembawaan yang fitrah dan lingkungan yang baik. Manusia yang dilahirkan kedunia membawa pembawaan yang fitrah berupa warisan dari orang tuanya. Fitrah ini berisi potensi untuk berkembang, potensi ini dapat berupa keyakinan beragama, perilaku untuk menjadi baik ataupun menjadi burok dan lain sebagainya yang kesemuanya harus dikembangkan agar ia bertumbuh secara wajar sebagai hambar Allah.
Rasulullah Saw, bersabda :




Artinya : “semua anak dilahirkan membawa fitrah (bakat keagamaan), maka terserah kepada kedua orang tuanya untuk menjadikan beragama yahudi, atau nasrani, atau majusi”.

Dengan demikian pula Rasulullah Saw yang menasehati agar memilih wanita yang baik agar keturunan itu baik. Rasulullah bersabda :


Artinya :”pilihlah untukmu benihmu karena keturunan itu dapat mencelupkan”

Disamping keturunan juga untuk berusaha agar mencapai pertumbuhan yang optimal. Allah berfirman:


Artinya, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.
Allah berfirman pula :


Artinya :”bahwa bagi manusia itu apa yang mereka usahakan”.

Dengan demikian menurut Islam, perkembangan kehidupan manusia bahkan bahagian atau celakanya itu ditentukan oleh pembawaan. Lingkungan dan usaha (aktivitas) manusia itu sendiri dalam mengusahakan perkembangannya.

Sehubungan dengan hal tersebut maka Rasulullah Saw bersabda :









Artinya : “Sesungguhnya perumpamaan teman sepergaulan yang baik dan teman sepergaulan yang jahat seperti pembawaan minyak wangi kasturi dan peniup dapur pandai besi. Adapun pembawa minyak wangi kasturi bisa jadi menghadahkannya kepadamu atau kamu membelinya atau (paling tidak) kamu mendapatkan wangi. Sedangkan peniup dapur tukang besi, bisa jadi ia menyebabkan bajunya terbakar atau (paling tidak) kamu mendapatkan bau busuknya.

Dari penjelasan ayat-ayat dan hadist-hadist diatas dapat kita pahami bahwa pendidikan islam condong pada aliran konvergensi yang berpendapat bahwa pendidikan sangat tergantung pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan.

























BAB II
PERMASALAHAN PENDIDIKAN DAN PENANGGULANGANNYA

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan SDM untuk pembangunan. Setiap langkah pembangunan selalu diupayakan selama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru, yang sebagiannya sering tidak dapat diramalkan sebelumnya.
Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu semakin meluas, karena sifat sasarannya adalah manusia sebagai makhluk misteri, serta usaha pendidikan harus mengantisipasi kehari yang akan datang yang tidak dapat terjangkau oleh kemampuan daya ramal manusia, oleh karena itu perlu ada rumusan masalah-masalah pokok pendidika. Berikut rumusan permasalahan-permasalahan tersebut :

1.      MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN
Masalah pemerataan pendidikan adalah persamaan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan SDM untuk menunjang pembangunan. Masalah ini timbul akibat masih banyak warga khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung disuatu lembaga pendidikan karena fasilitas yang terbatas.

a.      Faktor-faktor yang mendorong timbulnya permasalahan pemerataan pendidikan :
1.      Geografis
Letak suatu Negara sangat menentukan sukses atau tidaknya suaut usaha pemerataan pendidikan.
Contohnya Indonesia, Indonesia merupakan Negara yang berada diposisi silang. Untuk memperkuat kepribadian warga negaranya, pemerintah harus bekerja keras membantu warganya untuk memperkuat kepribadian melalui pendidikan.

2.      Ekonomis
Masalah ekonomi memang sangat mempengaruhi pemerataan pendidikan. Bagaimana tidak, karena usaha pemerataan memerlukan biaya yang besar. Maka dari itu, dinegara-negara maju masalah pemerataan pendidikan tidak begitu jarang terdengar.

3.      Sosial
Status social sangat berpengaruh disisi, karena pemerataan pendidikan tidak akan sukses jika orang tua anak didik tersebut memiliki keinginan untuk menyekolah kan anaknya, masalah ini biasanya sering dilakukan oleh orang tua anak didik yang berstatus social rendah.

b.      Pemecahan masalah pemerataan pendidikan :
Langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan pemerataan pendidikan antara lain :
a.       Langkah konvensional
-          Membangun gedung sekolah seperti SD inpres dan atau ruangan belajar
-          Menggunaan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore)
b.      Langkah innovative
-          Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru).
-          Mendirikan SD kecil pada daerah terpencil
-          Sistem guru kunjung
-          SMP terbuka
-          Kejar paket A dan B
-          Belajar jarak jauh, seperti universitas terbuka.

2.      MASALAH MUTU PENDIDIKAN
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan.
Karena sulit untuk mengukur kualitas pendidikan banyak orang mengukur kualitas pendidikan dengan cara melihat hasil EBTA, Ebtanas, Atau hasul sipenmaru, UMPTN, hal ini dilakukan karena mudah diukur.
Kualitas pendidikan yang bermutu dihasilkan melalui proses belajar yang bermutu pula, jadi, permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan itu sendiri.

a.      Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing memiliki kekhususan, namun pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendidikan bersasaran pada perbaikan kualitas komponen pendidikan (utamanya komponen masukan mentah untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi, dan komponen masukan instrumental serta mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya tersebut pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan dan pengalaman belajar peserta didik, yang akhirnya dapat meningkatkan hasil pendidikan.

3.      MASALAH EFISENSI PENDIDIKAN
Masalah efisensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaan hemat dan tepat sasaran dikatakan efisensinya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisensinya bearti rendah.
Beberapa masalah efisensi pendidikan yang penting ialah :
a.       Bagaimana tenaga pendidikan difungsikan
b.      Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan
c.       Bagaimana pendidikan diselenggarakan
d.      Masalah efesiensi dalam memfungsikan tenaga.




4.      MASALAH RELEVANSI PENDIDIKAN
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauhmana sistempendidikan dapat menghasilkan iuran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. pada umumnya hasil dari sistem pendidikan. Pada umumnya hasil dari sistem pendidikan jumlah secara akumulatif lebih besar daripada yang dibutuhkan dilapangan. Sebaliknya ada jenis-jenis tenaga kerja yang dibutuhkan dilapangan kurang diproduksi atau bahkan tidak diproduksi. Dengan kata lain, jumlah iuran lebih besar daripada yang dibutuhkan dan jumlah kebutuhan lebih besar daripada pengangkatan,maka akibatnya setiap tahun selalu terjadi penumpukan tenaga kerja yang menunggu pekerjaan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA MASALAH PENDIDIKAN
1.      Perkembangan Iptek dan Seni
2.      Laju pertumbuhan penduduk
3.      Aspirasi masyarakat
4.      Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan














BAB III
KESIMPULAN

Misi pendidikan ialah menyiapkan SDM untuk pembangunan, karena itu pendidikan selalu menghadapi masalah, sebabnya karena pembangunan sendiri selalu mengikuti tuntutan zaman yang selalu berubah. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan sengat luas dan kompleks.
Oleh karena itu, agar masalah-masalah pendidikan dapat dipecahkan sangat diperlukan rumusan tentang masalah-masalah pendidikan yang bersifat pokok yang dapat dijadikan acuan bagi pemecahan masalah-masalah praktis yang timbul dalam praktek pendidikan dilapanga.




















DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.














































Tidak ada komentar:

Posting Komentar